Mantapkan Akidah dengan Daurah

<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho1Vp5KY9jY9uk4RhMndAOFrlCXb3JeKATocPY8XUD5vtKrXqXc6gbimuJ0cNJDKI42f5AhOzHDPbQuLpFOj5Y4TEWoiu8jXXTMijrRQKS5IO4rDXRB94nLeNxUXveCcrrFH0gLKCSV9c/s1600/dauroh+aswaja.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho1Vp5KY9jY9uk4RhMndAOFrlCXb3JeKATocPY8XUD5vtKrXqXc6gbimuJ0cNJDKI42f5AhOzHDPbQuLpFOj5Y4TEWoiu8jXXTMijrRQKS5IO4rDXRB94nLeNxUXveCcrrFH0gLKCSV9c/s1600/dauroh+aswaja.jpg" width="320" /></a></b></div> <br /> <b>SUMBERPANDAN </b>- (28/01/1436)  Membentuk kader militan pembela faham Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan sebuah keharusan yang mesti segera direalisasikan. Terlebih dewasa ini yang kian menjamur kelompok-kelompok yang dengan berani dan tidak canggung lagi untuk mengkritik dan menvonis sesat terhadap amaliah keseharian warga NU.<br /><br />Oleh karenanya Pengurus Aswaja NU Center MWC NU Pakong berinisiatif menghelat pelatihan pemantapan akidah dasar Ahlussunnah Wal Jamaah dengan menjalin kerjasama dengan pengurus MMU 06 Sumberpandan, IPNU dan IPPNU Anak Cabang Pakong.<br /><br />Acara yang dihelat di salah satu ruang Madrasah Miftahul Ulum 06 Sumberpandan itu menghadiri dua narasumber. Terdiri dari Ketua Aswaja NU Center,  Ustadz Abdul Mun’im Kholil, Lc dan dari Sekretaris MWC NU Pakong, Ustadz Nawawi Tamrin.<br /><br />Pelatihan yang berlangsung sekitar empat jam ini dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai desa di kecamatan Modung.<br /><br />“Alhamdulillah yang hadir cukup membludak” ungkap Rifkiyanto selaku ketua panitia .<br /><br />“InsyaAllah kegiatan ini akan menjadi agenda rutin Pengurus Aswaja NU Center, IPNU, IPPNU dan MMU 06" imbuhnya mengakhiri perbincangan.<br /><br />Acara yang sudah dilaksanakan dua kali ini tidak hanya memuat pelatihan aswaja, namun dihelat juga pelantikan pengurus anak cabang IPPNU Pakong yang baru. <div id='fb-root'></div><script src='http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1'></script><fb:like font='' href='' layout='button_count' send='true' show_faces='false' width='450'></fb:like> <a class='twitter-share-button' data-count='horizontal' data-via='User Name' href='http://twitter.com/share'>Tweet</a><script src='http://platform.twitter.com/widgets.js' type='text/javascript'></script> <g:plusone href='http://aswajanucenter.blogspot.com/2014/11/mantapkan-akidah-dengan-daurah.html' size='medium'></g:plusone> <iframe class='twitterx-follow-button' frameborder='0' scrolling='no' src='http://platform.twitter.com/widgets/follow_button.html#_=1319978796351&align=&button=blue&id=twitter_tweet_button_0& lang=ID&link_color=&screen_name=Flady313 &show_count=&show_screen_name=&text_color=' style='width: 250px; height: 20px;' title='Follow @FladyNasrulloh '></iframe>

Mantapkan Akidah dengan Daurah

SUMBERPANDAN - (28/01/1436)  Membentuk kader militan pembela faham Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan sebuah keharusan yang mesti segera d...

Baca selengkapnya »

Lewat di Bawah Keranda Mayat

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnebURqSlGKUDshl2JRa9B_9l4drM3ACeVCFF-vxsp4d95GK-xuzzpNjNe5aOSxQxW5sGFc1AJv84oh_hjVHuJxkHu8_D9YEkJm_y7GNKy2yhv7dBZZu0Zl97Vnea5VijF1LbcgIFn0Bs-/s1600/BawahKeranda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnebURqSlGKUDshl2JRa9B_9l4drM3ACeVCFF-vxsp4d95GK-xuzzpNjNe5aOSxQxW5sGFc1AJv84oh_hjVHuJxkHu8_D9YEkJm_y7GNKy2yhv7dBZZu0Zl97Vnea5VijF1LbcgIFn0Bs-/s1600/BawahKeranda.jpg" /></a></div> <br /> Tidak sedikit masyarakat Madura yang masih meyakini mitos masa lalu. Salah satunya adalah tradisi lewat di bawah keranda orang meninggal yang dilakukan oleh kerabat-kerabatnya. Mereka melakukan semua itu karena mereka meyakini bahwa hal tersebut memiliki guna diantaranya agar kerabat yang masih kecil tidak terlalu mengingat si mayit dan sebagai wujud penghormatan terakhir kepada si mayit. <br /> <br /> <h3> Pertanyaan:</h3> Bagaimana hukum berjalan di bawah keranda dengan memandang manfaat seperti dalam diskripsi?<br /> <br /> <h3>  Jawaban:</h3> Diperinci;<br /> <ul> <li>Menimbulkan kekufuran bila berkeyakinan/ beri'tikad bahwa yang mengakibatkan pengaruh positif ataupun negatif adalah bukan Allah, tapi prosesi lewat di bawah keranda tersebut yang memberikan pengaruh.</li> <li>Menurut pendapat yang lebih sahih hukumnya haram bila beri'tikad bahwa perbuatan tersebut dapat berpengaruh negatif/ positif dengan kekuatan yang diciptakan oleh Allah  padanya.</li> <li>Makruh bila tradisi lewat di bawah keranda berpotensi menghambat percepatan pemberangkatan jenazah ke pemakaman.</li> <li>Sunnah bila bertujuan untuk menghindari gunjingan masyarakat awam ketika tidak melakukannya.</li> </ul> <br /> <h3> Referensi:</h3> <div style="text-align: right;"> الفتاوى الفقهية الكبرى (2/  7)</div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">جَمِيعُ ما يُفْعَلُ مِمَّا ذُكِرَ في السُّؤَالِ من الْبِدَعِ الْمَذْمُومَةِ لَكِنْ لَا حُرْمَةَ فيه إلَّا إنْ فُعِلَ شَيْءٌ منه لِنَحْوِ نَائِحَةٍ أو رِثَاءٍ وَمَنْ قَصَدَ بِفِعْلِ شَيْءٍ منه دَفْعَ أَلْسِنَةِ الْجُهَّالِ وَخَوْضِهِمْ في عِرْضِهِ بِسَبَبِ التَّرْكِ يُرْجَى أَنْ يُكْتَبَ له ثَوَابُ ذلك أَخْذًا من أَمْرِهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم من أَحْدَثَ في الصَّلَاةِ بِوَضْعِ يَدِهِ على أَنْفِهِ وَعَلَّلُوهُ بِصَوْنِ عِرْضِهِ عن خَوْضِ الناس فيه لو انْصَرَفَ على غَيْرِ هذه الْكَيْفِيَّةِ</span></div> Kelengkapan ibarat, bisa dilihat di:<br /> <ul> <li>Tuhfatul Murîd: 125,</li> <li>Hâsyiyah ad-Dasûqî ala Ummil-Barâhin: 40-41,</li> <li>Fathul Bari: III/182-184</li> </ul> <br /> <i>Dibahas pada Musyawarah S2 di kediaman Kyai Sufyan, Talon Arah Alaskokon</i> <div id='fb-root'></div><script src='http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1'></script><fb:like font='' href='' layout='button_count' send='true' show_faces='false' width='450'></fb:like> <a class='twitter-share-button' data-count='horizontal' data-via='User Name' href='http://twitter.com/share'>Tweet</a><script src='http://platform.twitter.com/widgets.js' type='text/javascript'></script> <g:plusone href='http://aswajanucenter.blogspot.com/2014/11/lewat-di-bawah-keranda-mayat.html' size='medium'></g:plusone> <iframe class='twitterx-follow-button' frameborder='0' scrolling='no' src='http://platform.twitter.com/widgets/follow_button.html#_=1319978796351&align=&button=blue&id=twitter_tweet_button_0& lang=ID&link_color=&screen_name=Flady313 &show_count=&show_screen_name=&text_color=' style='width: 250px; height: 20px;' title='Follow @FladyNasrulloh '></iframe>

Lewat di Bawah Keranda Mayat

Tidak sedikit masyarakat Madura yang masih meyakini mitos masa lalu. Salah satunya adalah tradisi lewat di bawah keranda orang meninggal ...

Baca selengkapnya »

Ahlussunnah, Jangan Hanya Lipstik!

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhahHwQDCnj24q2JUmibMulMlebGA-bGju7xbmVExcU4iJjDpKz9abJ2WtcDOuasZaAA9gcVTVvjcr9Zm-TkYkadZLYtueTLx_6ErXr6dlJ9zx2x-IM8riVCTVar72_DSGveroxztGL8mlU/s1600/AhlussunnahLipstik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhahHwQDCnj24q2JUmibMulMlebGA-bGju7xbmVExcU4iJjDpKz9abJ2WtcDOuasZaAA9gcVTVvjcr9Zm-TkYkadZLYtueTLx_6ErXr6dlJ9zx2x-IM8riVCTVar72_DSGveroxztGL8mlU/s1600/AhlussunnahLipstik.jpg" width="320" /></a></div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Oleh: <b>ABDUL MUN'IM KHOLIL, Lc</b> | <i>Direktur Utama Aswaja NU Center Pakong</i></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> Syeikh Muhammad Al-Ghazali—seorang ulama Al-Azhar yang sangat produktif: bukan pengarang Ihya’— pernah mengatakan “saya tak pernah merasa kuatir dengan menguatnya <i>the other</i> (liyan). Yang paling saya kuatirkan adalah melemahnya kita sendiri”. Ungkapan ini sangat cocok mendeskripsikan kondisi kita saat ini; saat kita sering lupa melakukan instropeksi diri, saat kita gemar sekali menjadikan orang lain/kelompok lain sebagai “kambing hitam” kemunduran atau kegagalan kita sendiri.<br /> <br /> Seperti organ tubuh yang sehat akan sulit untuk ditembus virus, demikian juga dengan individu dan instansi. Semestinya, kelompok Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) tak usah gusar dengan menguatnya kelompok lain di luar dirinya. Sebagai kelompok Islam mayoritas, dengan bangunan akidah yang mantap dan mapan, dengan tradisi yang mengakar semenjak masa salaf hingga masa kini, adalah jaminan imunitas (kekebalan) akidah Aswaja dari berbagai tantangannya.<br /> <br /> Namun apa mau dikata, jika afiliasi kita pada Aswaja (yang di Indonesia dipresentasikan oleh NU) hanya sebatas “nama” atau “atribut” belaka. Pengajaran akidah 50 yang amat populer di masa lalu hanya menjadi “lipstik” di kelas-kelas, pesantren, langger dan masjid. Kita tak pernah benar-benar mendalaminya, sehingga mudah goyah tatkala harus berbenturan dengan ideologi baru (meski setelah ditelisik: sebenarnya tak benar-benar baru) yang diusung oleh kelompok lain. Padahal, akidah yang dibangun oleh para pendahulu kita sudah sangat lengkap dan efektif memantapkan akidah keimanan dan membentenginya.<br /> <br /> Sudah waktunya, pengajian fikih disandingkan dengan akidah (jangan hanya fikih saja!), kajian dan diskusi diramaikan kembali sehingga kita tak ‘gagap’ menghadapi hal-hal baru. Kita juga tak akan kalap, seandainya ada liyan yang menanyakan tentang kebenaran akidah kita, menyinggung amaliyah dan ubudiyah kita sebagai bid’ah, fasik atau bahkan kufur. <br /> <br /> Detail akidah yang diabadikan dalam kitab-kitab imam Asy’ari, Al-Baqillani, Al-Juwaini Al-Haramain, Al-Ghazali, Asy-Syahrastani, Fakhrudin Ar-Razi, Al-Baidlawi, Al-Iji, As-Sanusi, Al-Bajuri, hingga karya-karya Hadratus Syeikh kiai Hasyim Asy’ari adalah rumus-rumus ampuh untuk pemantapan akidah Aswaja.<br /> <br /> Saya yakin, maksud dari shalawatan berisi pesan akidah yang dikarang oleh RKH. As’ad Syamsul Arifin, yang dimulai dengan kata “kauleh anyakse’eh...” bukan hanya sekedar agar di baca di musholla dan masjid saja. Shalawatan itu dikarang supaya dijadikan “titik awal” bagi generasi NU untuk mendalaminya lebih lanjut. Shalawatan dengan notasi lagu yang enak didengar adalah media paling cepat untuk menjadikan akidah 50 sebagai konsumsi masyarakat awam.<br /> <br /> Kini, tantangan NU semakin berat. Derasnya media dan informasi, yang bisa diakses dalam hitungan detik saja, menuntut kita agar tak hanya diam berzikir di mihrab. Fenomena masyarakat sekarang lebih kompleks dari masa lalu. Beban moral kita bertambah. Tak hanya aspek akidah NU yang dipertanyakan, tapi juga sisi ubudiyah dan praktek tradisi yang sudah mengakarpun mulai digugat.<br /> <br /> Di masa kini (dan masa depan), dakwah Aswaja tak cukup hanya melalui mikrofon. Kita juga harus aktif di internet karena kaum muda kita sangat aktif di media sosial. Tentu, setelah memantapkan akidah sendiri. Kita kalah cepat dengan kelompok lain yang mengaku Aswaja, namun sering menuduh Aswaja sebagai pelaku bid’ah. Akibatnya, hakikat Aswaja menjadi buram bagi pemula dan orang awam; siapa sebenarnya yang paling representatif mewakili Aswaja?<br /> <br /> Pelatihan, pengajian, seminar dan diskusi tentang akidah Aswaja mutlak diperlukan dan sudah sangat mendesak. Sehingga kita bisa mengakrabkan lagi ajaran-ajarannya, baik secara ideologis maupun amaliah-ubudiyah. Jangan ada lagi ungkapan miris “saya tak tahu apa itu Aswaja dan NU, saya hanya ikut ortu atau guru.” Masyarakat NU harus mengatahui secara luas bahwa sekte Ahlussunnah membangun akidah dan ajaran syariatnya berlandaskan Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Bila mengingkari salah satunya saja berarti sudah keluar dari keluarga besar Aswaja.<br /> <br /> Ajarannya yang moderat dan mengakar kuat pada jejak-jejak Rasul SAW dan para khalifah yang empat, menjadikan Aswaja sebagai kelompok mayoritas. Tak ada “pengkafiran” dalam tubuh Sunni meski harus berbeda pendapat. Aswaja juga mengharamkan “kekerasan” dalam berpikir dan bertindak. Ideologi sekte ini tak menyebar karena sokongan dana yang melimpah. Ajaran Ahlussunnah diterima oleh mayoritas umat semata karena keseimbangan antara teks dan akal serta kesesuaiannya dengan tabiat dan fitrah manusia. <i>Wallahu a’lam</i> [] <div id='fb-root'></div><script src='http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1'></script><fb:like font='' href='' layout='button_count' send='true' show_faces='false' width='450'></fb:like> <a class='twitter-share-button' data-count='horizontal' data-via='User Name' href='http://twitter.com/share'>Tweet</a><script src='http://platform.twitter.com/widgets.js' type='text/javascript'></script> <g:plusone href='http://aswajanucenter.blogspot.com/2014/11/ahlussunnah-jangan-hanya-lipstik.html' size='medium'></g:plusone> <iframe class='twitterx-follow-button' frameborder='0' scrolling='no' src='http://platform.twitter.com/widgets/follow_button.html#_=1319978796351&align=&button=blue&id=twitter_tweet_button_0& lang=ID&link_color=&screen_name=Flady313 &show_count=&show_screen_name=&text_color=' style='width: 250px; height: 20px;' title='Follow @FladyNasrulloh '></iframe>

Ahlussunnah, Jangan Hanya Lipstik!

Oleh: ABDUL MUN'IM KHOLIL, Lc | Direktur Utama Aswaja NU Center Pakong Syeikh Muhammad Al-Ghazali—seorang ulama Al-Azhar yan...

Baca selengkapnya »

Kenapa Harus Takut Bid'ah [?] (Bag. 1)

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkgywseya9IdX0YsqHugjFlckzOfFEJ8zEMVzwwHL13o0qVGMNwBxwZHq1TuWy7q5QDscetkZ23U5Faew1AlPn9pZoXFgsFJBkA2svdR3L_dKTBz-an2ZKX8FPV3-1_H6ifqSdQ1XaqdpP/s1600/tahlilan1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkgywseya9IdX0YsqHugjFlckzOfFEJ8zEMVzwwHL13o0qVGMNwBxwZHq1TuWy7q5QDscetkZ23U5Faew1AlPn9pZoXFgsFJBkA2svdR3L_dKTBz-an2ZKX8FPV3-1_H6ifqSdQ1XaqdpP/s1600/tahlilan1.jpg" width="320" /></a></div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: #999999;">Oleh:</span> <b><a href="http://facebook.com/zuhud.net">Tâjuz Zuhud</a><span style="color: #666666;"> <span style="color: #999999;">| </span></span></b><span style="color: #999999;">Asisten Direktur Aswaja NU Center Pakong</span><i></i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akhir-akhir ini masyarakat cukup diresahkan oleh sempalan kelompok yang berteriak menyuarakan diri untuk kembali ke al-Quran dan Hadis. Sehingga tidak sedikit amalan yang digenggam erat oleh ulama salaf divonis secara sepihak sebagai amaliah batil yang perlu dimusnahkan. Sebab, kata mereka, sudah tidak sejalan lagi dengan syariat yang diterapkan oleh Rasulullah Saw.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Bid'ah! kata andalan yang sering mereka gembar-gemborkan untuk mengikis amaliah keseharian warga Nahdliyin dengan sedikit mengutip hadis “Setiap bid'ah sesat. Setiap kesesatan di Neraka”. </div> <div style="text-align: justify;"> Hadis shahih riwayat Imam Muslim dan an-Nasa'i ini begitu familiar di telinga kita. Mulai dari yang dewasa hingga yang masih belia hafal di luar kepala. Namun ironisnya, hanya segelintir orang yang bisa memahami maksud hadis tersebut. Mayoritas hanya menelan begitu saja tanpa mengolahnya terlebih dahulu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Berikut Penulis suguhkan sedikit ulasan tentang definisi dan klasifikasi bid'ah yang dikutip dari beberapa kitab dan buku berhaluan ahlussunnah wal jamaah.</div> <h3> Definisi Bid'ah</h3> <div style="text-align: justify;"> Menurut hemat Ibnu Faris, pakar bahasa dan sastra Arab dalam Maqayis al-Lughahnya, bid'ah dalam bahasa Arab berasal dari fi'il madhi بَدَعَ yang mempunyai dua arti. <i>Pertama</i>, membuat hal baru tanpa contoh sebelumnya, seperti disebutkan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 117<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ</span></div> <i>“Allah Pencipta lagit dan bumi..”</i> di ayat lain dicontohkan juga<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ</span></div> <i>“Katakanlah; “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul”</i> (QS. al-Ahqaf: 9)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <i>Kedua</i>, bid'ah diartikan lemah atau letih, seperti disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim:<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">اِنِّيْ اُبْدِعَ بِيْ فَاحْمِلْنِيْ</span></div> <i>“Sungguh aku tidak mampu melanjutkan perjalanan, maka bawalah aku”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Sementara bid'ah dalam terminologi syara' adalah setiap pembaruan akidah, perbuatan ataupun ucapan tanpa legalitas syariat sama sekali, serta diklaim sebagai bagian darinya. Sedangkan pembaruan dengan dilandasi dalil syara yang membenarkannya bukanlah termasuk bid'ah menurut syara', namun tetap disebut bi'dah secara bahasa. Demikian yang diungkapkan oleh Ibnu Rajab dalam Jami' al-Ulum wal Hikamnya yang senada dengan penjelasan yang dijabarkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Barinya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Menanggapi hadis riwayat Muslim:<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ</span></div> <i>“Setiap bid'ah (pembaruan) adalah kesesatan”</i> dalam riwayat lain ada penambahan:<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ</span></div> <i>“Setiap kesesatan masuk neraka”</i> (HR. an-Nasa'i) merupakan dasar agama yang masih global, mencakup  segala bentuk pembaharuan dalam agama. Oleh karenanya perlu adanya pembatas agar pemahamannya tidak buram dan rancu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Rasulullah Saw. dalam kesempatan lain bersabda yang secara implisit menjadi pembatas hadis di atas;<br /> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">مَنْ اَحْدَثَ فِي اَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ</span></div> <i>“Siapa saja yang membuat pembaruan dalam agamaku ini dengan hal yang bukan darinya maka ia tertolak” </i>(HR. Bukhari dan Muslim)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Jadi tidak semua pembaruan langsung divonis bid'ah yang sesat, hanya pembaruan-pembaruan yang tidak dilandasi dalil agama belaka.</div> <h3> Klasifikasi Bid'ah</h3> <div style="text-align: justify;"> Dari definisi di atas dapat dipetik kesimpulan bahwa bid'ah terbagi menjadi dua: ada yang sesat dan ada yang tidak. Sebagaimana diklasifikasi Imam Syafi'i, yang dinukil oleh al-Baihaqi dalam Manaqibnya (I/469) menjelaskan bahwa bid'ah terbagi dua. Pertama, bid'ah yang sesat adalah sesuatu yang baru yang menyalahi al-Quran, Sunnah dan Ijma'. Kedua, bid'ah hasanah (tidak sesat/baik) yaitu sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi al-Quran, Sunnah dan Ijma'.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Klasifikasi ini disetujui oleh Ibnu Taimiyah, rujukan paling otoritatif Wahabi dalam Majmu' al-Fatawanya (XX/163). Serta diamini oleh ulama Syiah Zaidiyah yang dikagumi Wahabi Indonesia, Muhammad bin Ali As-Syaukani dalam Nail al-Autharnya (III/25).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Bahkan Syaikh Izzuddin bin Abdissalam membagi bid'ah menjadi lima. Yaitu; pertama bid'ah wajib, seperti belajar ilmu nahwu untuk memahami al-Quran dan Hadis. Kedua bid'ah sunnah, seperti mendirikan pesantren, madrasah dan setiap kegiatan sosial yang belum dikenal pada zaman Rasulullah Saw. Ketiga bid'ah mubah, seperti berjabat tangan setelah salat dan membaca taawudz sebelum salat. Keempat, bid'ah makruh, seperti menghiasi masjid dan mushaf al-Quran. Kelima bid'ah haram, seperti madzhab Jabariyah dan Qadariyah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Pembagian bid'ah versi Syaikh Izzuddin ini juga diiyakan oleh ulama Syiah Zaidiyah yang dikagumi oleh kaum Wahabi, Muhammad bin Isma'il al-Amir as-Shan'ani dalam Subulus Salamnya (II/48). <br /> <br /> Oleh karenanya amalan semacam tahlilan, maulid, haul, ziarah makam para wali dan semacamnya adalah pembaruan yang bukan termasuk bid'ah yang sesat, bahkan dianjurkan. Sebab memiliki banyak dalil syara' yang melegalkannya. Wallahu A'lam. []</div> </div> <div id='fb-root'></div><script src='http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1'></script><fb:like font='' href='' layout='button_count' send='true' show_faces='false' width='450'></fb:like> <a class='twitter-share-button' data-count='horizontal' data-via='User Name' href='http://twitter.com/share'>Tweet</a><script src='http://platform.twitter.com/widgets.js' type='text/javascript'></script> <g:plusone href='http://aswajanucenter.blogspot.com/2014/11/kenapa-harus-takut-bidah-bag-1.html' size='medium'></g:plusone> <iframe class='twitterx-follow-button' frameborder='0' scrolling='no' src='http://platform.twitter.com/widgets/follow_button.html#_=1319978796351&align=&button=blue&id=twitter_tweet_button_0& lang=ID&link_color=&screen_name=Flady313 &show_count=&show_screen_name=&text_color=' style='width: 250px; height: 20px;' title='Follow @FladyNasrulloh '></iframe>

Kenapa Harus Takut Bid'ah [?] (Bag. 1)

Oleh: Tâjuz Zuhud | Asisten Direktur Aswaja NU Center Pakong Akhir-akhir ini masyarakat cukup diresahkan oleh sempalan kelompo...

Baca selengkapnya »