Tidak sedikit masyarakat Madura yang masih meyakini mitos masa lalu. Salah satunya adalah tradisi lewat di bawah keranda orang meninggal yang dilakukan oleh kerabat-kerabatnya. Mereka melakukan semua itu karena mereka meyakini bahwa hal tersebut memiliki guna diantaranya agar kerabat yang masih kecil tidak terlalu mengingat si mayit dan sebagai wujud penghormatan terakhir kepada si mayit.

Pertanyaan:

Bagaimana hukum berjalan di bawah keranda dengan memandang manfaat seperti dalam diskripsi?

 Jawaban:

Diperinci;
  • Menimbulkan kekufuran bila berkeyakinan/ beri'tikad bahwa yang mengakibatkan pengaruh positif ataupun negatif adalah bukan Allah, tapi prosesi lewat di bawah keranda tersebut yang memberikan pengaruh.
  • Menurut pendapat yang lebih sahih hukumnya haram bila beri'tikad bahwa perbuatan tersebut dapat berpengaruh negatif/ positif dengan kekuatan yang diciptakan oleh Allah  padanya.
  • Makruh bila tradisi lewat di bawah keranda berpotensi menghambat percepatan pemberangkatan jenazah ke pemakaman.
  • Sunnah bila bertujuan untuk menghindari gunjingan masyarakat awam ketika tidak melakukannya.

Referensi:

الفتاوى الفقهية الكبرى (2/  7)
جَمِيعُ ما يُفْعَلُ مِمَّا ذُكِرَ في السُّؤَالِ من الْبِدَعِ الْمَذْمُومَةِ لَكِنْ لَا حُرْمَةَ فيه إلَّا إنْ فُعِلَ شَيْءٌ منه لِنَحْوِ نَائِحَةٍ أو رِثَاءٍ وَمَنْ قَصَدَ بِفِعْلِ شَيْءٍ منه دَفْعَ أَلْسِنَةِ الْجُهَّالِ وَخَوْضِهِمْ في عِرْضِهِ بِسَبَبِ التَّرْكِ يُرْجَى أَنْ يُكْتَبَ له ثَوَابُ ذلك أَخْذًا من أَمْرِهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم من أَحْدَثَ في الصَّلَاةِ بِوَضْعِ يَدِهِ على أَنْفِهِ وَعَلَّلُوهُ بِصَوْنِ عِرْضِهِ عن خَوْضِ الناس فيه لو انْصَرَفَ على غَيْرِ هذه الْكَيْفِيَّةِ
Kelengkapan ibarat, bisa dilihat di:
  • Tuhfatul Murîd: 125,
  • Hâsyiyah ad-Dasûqî ala Ummil-Barâhin: 40-41,
  • Fathul Bari: III/182-184

Dibahas pada Musyawarah S2 di kediaman Kyai Sufyan, Talon Arah Alaskokon

0 komentar:

Posting Komentar

 
Aswaja NU Center Pakong - Buletin Kiswah © 2015. Powered by Sumberpandan.com
Atas