Abu Ishaq Al-Asfirayini mengatakan bahwa kesimpulan ilmu
tauhid adalah “meyakini bahwa semua yang terbesit dalam hati manusia, maka
Allah tidak seperti itu” dan “meyakini bahwa Zat Allah tak sama/tak mirip
dengan semua zat makhluk-Nya....”
Demi mewujudkannya, ulama Sunni melakukan upaya panjang dan
melelahkan untuk membangun teologi yang mensucikan Allah dan mengagungkan-Nya.
Perjalanan teologi Sunni tak hadir dari ruang hampa. Ia adalah hasil dialektika
dengan semua unsur sekte Islam yang pernah [atau masih] ada.
Akidah Ahlussunnah wal jama’ah yang moderat adalah upaya
untuk menghasilkan akidah yang berdiri di antara Hasyawiyah/Mujassimah (sebuah
sekte teologis yang meyakini bahwa Allah memiliki organ tubuh layaknya manusia
karena “tertipu” oleh ayat-ayat atau hadis yang secara eksplisit memang
mengindikasikan hal itu) dan Muktazilah (yang meyakini bahwa Allah tak memiliki
sifat karena kalau Allah memiliki sifat maka Allah akan tersusun dari banyak
elemen: zat, sifat, pekerjaan).
Lahirnya akidah 50 (dengan 20 sifat wajib bagi Allah, 20
sifat mustahil bagi-Nya dan 1 sifat yang jaiz (boleh), 4 sifat wajib
bagi para rasul, 4 sifat mustahil, 1 sifat jaiz bagi mereka) adalah hasil
perjalanan panjang sarjana-sarjana Sunni pengikut imam Asy’ari dan Maturidi.
Semula dua imam besar mazhab Sunni, yang membangun
akidahnya melalui tradisi dan keyakinan teologis yang sebenarnya sudah mapan di
masa Salaf (Nabi dan para sahabat), belum sampai pada kesimpulan akidah 50.
Kesimpulan jumlah di atas baru matang pada masa imam Muhammad bin Yusuf
As-Sanusi (w. 895 H), seorang imam mazhab Asy’ari berasal dari Maroko.
Ada asumsi bahwa sifat 20 bagi Allah adalah bentuk dari
“membatasi” Allah yang Maha Tidak Terbatas. Asumsi ini biasanya hadir akibat
tak memahami konsep Sunni secara matang. Sebab siapapun yang mempelajari secara
serius akidah Sunni dari kitab-kitab mereka secara langsung pasti bisa memahami
bahwa tak ada kesan “membatasi”.
As-Sanusi menyatakan dalam Umm Al-Barahin “kesempurnaan
Allah tak terbatas. Keterbatasan dan kelemahannya terdapat pada diri kita yang
belum menemukan dalil rasional maupun teks syariat. Sehingga meski belum
disentuh dalam kitab-kitab Asy’ari tak akan menyebabkan kita terancam siksa akibat
belum membahasnya.”
Penyebutan sifat 20 bagi Allah semata karena dalil yang
ditemukan. Dan sengaja mendiamkan yang tidak ditemukan dalilnya. Di sini tampak
sikap hati-hati dari pengikut mazhab Sunni. Mereka tak berani membahas sesuatu
yang belum ditemukan dalilnya secara syariat atau rasional.
Dalam sifat 20 terdapat kombinasi dalil: dalil aqli (rasio)
mendominasi hampir semua sifat 20 kecuali 3 sifat: sam’u (Mendegar),
bashar (Melihat), kalam (Berbicara) yang memakai dalil teks syariat
murni. Namun sebenarnya tak ada yang rasional murni karena saat dikaji ulang
semua sifat yang ditemukan adalah hasil kombinasi dalil akal dan teks. Sebab
mazhab Sunni memiliki konsep “keseimbangan antara teks dan akal”. Orang Sunni
tak menyembah teks secara lahiriyah layaknya mazhab Wahhabi di masa kini atau
melabrak teks hingga menjauh atau menistakannya seperti kaum liberal.
Dalam kitab-kitab ulama mazhab Sunni-Asy’ari kita akan
sering menjumpai redaksi “... kesempurnaan Allah tak ada batasnya”. Penyebutan
sifat salbiyah (sifat yang disingkirkan dari Allah karena
tak pantas) yang lima misalnya, adalah sumber utama (baca: ushul) dari semua
sifat yang tak boleh ada pada Tuhan. Mukhalafah
lil Hawadist (Allah tak sama dengan
makhluk-Nya) contuhnya, secara ampuh menyingkirkan semua sifat yang tak
terpisah dari makhluk. Apa yang disebut dalam surat Al-Ikhlas bahwa Allah tak
mempunyai anak dan tak diperanakkan, atau yang disebutkan dalam ayat Kursi
bahwa Allah tak mengantuk dan tak tertidur, sudah dilahap habis oleh sifat Mukhalafah lil Hawadist.
Sekali lagi, semua konsep Sunni
yang terkodifikasi secara rapi dalam kitab-kitab Asy’ari dan Maturidi adalah
rumus-rumus untuk menghasilkan akidah bahwa Allah Maha Suci dari semua kemiripan
dengan makhluk-Nya, dan berhasil merumuskan konsep ketuhanan yang Maha
Sempurna.
Abdul Mun'im Kholil/KISWAH
0 komentar:
Posting Komentar